About the Blogger

Cuma Mahasiswa yang suka luntang lantung dan gak tahu arah. makannya doyan jalan-jalan buat nyari arah.
aku? siapa? mampir aja ke sini atau ke sini . tar juga tau. hehe

Jumat, 22 Januari 2016

Bunuh Saja Kaum Homoseksual Itu! Halal Darahnya!

"Mati aja lu! Gay bangsat! kaum laknat! jangan kau bawa bencana di negri kami!"

“Bertobatlah anda. Kitab manapun tidak ada yang merestui hubungan anda. Beberapa hadis juga bilang, kalau kaum homoseksual itu halal darahnya. Banyak-banyak ngaji. Perbanyak lagi solatnya. Minta ampun sama Allah. Semoga Allah memberkati anda”

“et bro, cewe diciptain cakep-cakep. Ngape sih lu malah sukanye ama cowo. Heran gue”

Pernahkah anda mendengar kata-kata seperti itu? Atau anda merupakan salah satu di antaranya yang mengucapkannya? Menurut anda, salah tidak sih jika seseorang memilih jalan hidupnya untuk menjadi seorang homoseksual? Well, mari kita mendiskusikannya dan berpikir sejenak. Dan yuk, kita lihat perspektif mereka yang memilih jalan hidupnya sebagai seorang homoseksual.  

Sebelum kita membahas topik inti, mari kita cari tahu dulu definisi-defini dari kata-kata LGBT tersebut.

Kata homoseksual adalah hasil penggabungan bahasa Yunani dan Latin dengan elemen pertama berasal dari bahasa Yunani ὁμός homos, 'sama' (tidak terkait dengan kata Latin homo, 'manusia', seperti dalam Homo sapiens), sehingga dapat juga berarti tindakan seksual dan kasih sayang antara individu berjenis kelamin sama, termasuk lesbianisme. ("Etymology of Homosexuality", University of Waterloo). Dengan bahasa yang lebih simple, Homoseksual adalah mereka yang menyukai sesama jenisnya sendiri. Lalu, selain itu juga dikenal kata-kata yaitu Panseksual (penyuka semua jenis macam gender) Poliseksual (penyuka banyak jenis gender) dan juga Bisesksual (menyukai hanya terpaut antara dua gender). *apa bedanya? searching di google aja yah. Kita bukan mau ngebahas intinya di situ**oya gender itu bukan hanya laki-laki dan perempuan. Tapi lebih merujuk pada perilaku, kegiatan, atribut dan peran yang dibangun secara sosial, dan dikenal sebagai maskulin dan feminin* lalu juga dikenal kata-kata seperti Transgender. adalah istilah umum untuk orang yang identitas, ekspresi atau perilaku yang tidak sesuai dengan jenis kelaminnya saat lahir. Bisa dari laki-laki ke perempuan. Ataupun perempuan ke laki-laki.

Sampe sini paham, apa bedanya masing-masing kata tersebut? Oke kita lanjut.

Jaman dulu kala, dalam Al-Kitab juga dijelaskan padaKitab Kejadian,  Injil Matius dan Injil Lukas, yang juga dibahas dalam Al-Quran pada surah An-Naml dan Hud. Isinya kurang lebih sama. Beberapa ayat diantaranya, membahas tentang kaum Luth atau Lot, yang gemar melakukan Sodomi. Lalu apa yang terjadi pada mereka setelahnya? Iya. Bumi digonjang-ganjingkan , meteor meteor jatuh, untuk mereka yang tidak taat kepada perintah-Nya. Betapa murkanya Tuhan kala itu. Sampai-sampai Allah ceritakan pada 2 kitab sucinya.

Beberapa hadist juga membahas mengenai hal ini, salah satunya “Barangsiapa yang kalian dapati melakukan perbuatan kaum Luth, maka bunuhlah kedua pelakunya” [HR Tirmidzi : 1456, Abu Dawud : 4462, Ibnu Majah : 2561 dan Ahmad : 2727]. Mereka halal darahnya.

Tapi, apakah mereka sehina itu? Bagaimana dengan sisi psikologis mereka? Apakah mereka yang memang dengan sadar memilih jalan hidup seperti itu?

“Tuhan, mengapa kau ciptakan aku berbeda? Mengapa jalan hidupku harus seperti ini?”

Begitulah kurang lebih, hasil dari penelitian kualitatif gua sendiri (yang belum tentu bisa digeneralisasikan kepada seluruh kaum Gay dan Lesbian). Itu merupakan pertanyaan yang sering diucapkan oleh para pelaku homoseksual. Iya, saya banyak kenal mereka para gay maupun lesbian. Dan rata-rata dari mereka khawatir akan sanksi sosial dari masyarakat. Pada dasarnya mereka tidak mau hal ini terjadi pada hidup mereka. Mereka juga mau normal seperti kebanyakan orang-orang. Capek jika harus sembunyi-sembunyi terus.

Gini, saya ingin bertanya sesuatu hal kepada anda.

Pernahkah anda, memiliki sebuah masalah atau sebuah “dosa”, dan tidak tahu mau cerita ke siapa? Karna mungkin setiap orang yang akan anda berikan cerita anda, mungkin akan Menilai anda sebagai orang yang salah. Padahal niat anda, setidaknya ada seseorang yang mau mendengarkan cerita anda. Dan mungkin cari solusinya bareng-bareng. Pernah?

Kurang lebih seperti itulah yang terjadi pada mereka kaum gay dan lesbian. Karna takut banyak orang yang mengantri untuk membunuhnya, maka akhirnya mereka hidup penuh dengan “kebohongan”.

Lalu apakah mereka yang memilih jalan hidup seperti ini dengan sadar?

Beberapa kasus homoseksual, disebabkan oleh faktor genetik. Atau bagi beberapa pelaku transgender, disebabkan oleh masalah sistem hormonalnya. Tapi, fakta yang paling mengejutkan saya adalah, tidak sedikit dari mereka para pelaku homoseksual disebabkan oleh masa lalu mereka yang kelam. Malah menurut penilitian kualitatif saya (lagi-lagi hal ini tidak bisa digeneralisasikan, karna sampel yang saya punya juga tidak sampai ribuan). Saya belum menemukan mereka yang menjadi pelaku ini, disebabkan oleh karna “ya coba-coba aja. Iseng. Kayaknya asik”.
Lho, emang masa lalu yang kelam tuh, maksudnya gimana?

Saya ceritakan sebuah kisah menarik dari salah satu teman homoseksual saya. Sebut saja namanya Mawar (bukan nama sebenarnya).

Singkat cerita, saya punya teman wanita. Cantik. Banget. Pada suatu hari, ia meneritakan dirinya, bahwa ada hal yang kurang lazim terjadi pada dirinya. “she likes woman”. Iya, dia lesbian. Lalu saya tanyakan kepadanya, mengenai awal mula mengapa bisa terjadi hal seperti itu. Apa yang menyebabkannya.
Ternyata, diwaktu kecilnya. Di saat yang lazimnya anak-anak kecil lakukan adalah, bermain bersama teman-teman sebayanya. Bermain boneka-boneka an. Masak-masakan. Rumah-rumahan. Atau bermain tak umpet bersama dengan teman-teman lainnya. Tapi tidak denganya. Masa kecilnya, dihabiskan dengan harus “melayani” om nya. Iya. Om nya, yang merupakan kerabat dari ayahnya, melakukan kekerasan seksual terhadap teman saya tersebut. Dia sering sekali disetubuhi dengan paksa. Bukan Cuma satu. Tapi dua om nya. Bukan Cuma sekali. Tapi berkali-kali.
Berangkat dari situ, ia akhirnya tumbuh dengan rasa kebencian terhadap laki-laki. Dan ingin melindungi teman wanita yang lainnya. Tanpa disadari, akhirnya saat dewasa, ia merasakan ketertarikan terhadap sesama jenisnya sendiri.

Salahkah teman saya ini? Salahkah si Mawar?

Sampai akhirnya ia bertemu dengan saya, kami bercerita panjang lebar mengenai hidup kami masing-masing. Dan ia juga bercerita kepada saya bahwa, ia pun tak mau hidup dengan kondisi seperti ini. Akhirnya dengan kesepakatan bersama, dan memang keinginan dari dirinya sendiri. Akhirnya, ia menjalani terapi psikologi dengan seorang profesional. Beberapa kali datang, dan sepertinya ada progress ke arah yang positif, ia mulai tertarik jika melihat pria. Namun sayang. Karna ada beberapa alasan yang tidak bisa saya sebutkan. akhirnya kami memilih untuk mengakhiri sejenak sesi selanjutnya. Setelah itu, saya tidak mendengar kabar darinya lagi. Semoga kamu baik-baik saja yah, Mawar.

Itulah. Itu merupakan cerita dari salah satu teman saya. Dan cerita serupa juga banyak saya temukan pada orang yang anda sebut gay maupun lesbian. Mereka memiliki masa lalu yang kurang mengenakkan. Yang akhirnya membuat mereka lebih menyukai sesama jenisnya. Walau, tidak semua berujung saya ajak hypno. Tapi pada dasarnya mereka juga tidak merasakan kenyamanan dengan tuntutan lingkungannya, dan ingin mencoba untuk berubah.

Mereka pada dasarnya ingin didengar, dan setidaknya diterima oleh kita semua. Mereka tidak ingin dinilai sebagai orang kafir. Mereka tau mereka salah. Dan apakah kesalahan yang ada pada mereka, murni karna keinginannya? Belum tentu. Banyak sekali variabel yang dapat mempengaruhi hal tersebut.
Mulai dari sekarang, himbauan pribadi dari saya, mengajak teman-teman. Ayok, buka pandangan temen-temen yang ngebaca tulisan ini. Untuk jangan langsung menilai mereka sebagai kafir. Atau malah menyiapkan sebilah pisau untuknya. Mari kita dengarkan subjektifnya terlebih dahulu. Hargailah mereka dengan pilihannya, dan kalau salah satu dari anda peduli dengan kaum mereka, dan ingin merubahnya. Ajak ngobrol baik-baik. Jadilah pendengar yang baik. Dengarkan subjektifnya. Dan tanyakan, apakah ia mempunyai keinginan untuk berubah. Dan lain-lain. Saran sih, ajak-ajak main ke psikolog aja biar enakan. Jadi jangan main langsung bunah bunuh ae. Enakkan hidup rukun dan damai? Bukankah hal yang seperti itu yang islam ajarkan? Kedamaian di alam semesta. Bukankah itu yang Yesus ajarkan? Menyelamatkan.

Oya, omong-omong, membawa mereka ke arah yang normal lagi, mungkin akan sedikit sulit, apalagi bagi mereka yang sudah merasakan kenikmatan seksual bersama sesama jenisnya. Well, penilitian paling mutakhir menceritakan bahwa, kenikmatan seksual yang didapat dari pasangan homoseksual, SAMA DENGAN, kenikmatan seksual yang anda rasakan ketika anda bercumbu dengan pasangan lawan jenis anda. Impuls impuls di otak muncul dari tempat yang sama. Hormon yang dihasilkan juga sama.
Jadi, merubah seseorang homoseksual yang sudah terlanjur menikmati kenikmatan seksual, mungkin akan sedikit sama sulitnya dengan merubah seseorang yang normal menjadi gay. Yaa, kurang lebih seperti itulah.

So, masih mau menilai langsung mereka yang homoseksualkah?


Happy exploring folks!

PostScript: 1. Oya, saya berbicara seperti ini, bukan berarti artinya saya mendukung LGBT yah. Oh bukan berarti juga saya menginginkan mereka mati. Saya berbicara seperti ini. Hanya ingin memberikan sedikit perspektif baru sama temen-temen pembaca. Saya hanya ingin keberadaan mereka (LGBT) setidaknya dihargai secara utuh. Hargai perspektif mereka. Mereka juga punya hak untuk hidup dan mencintai. Sukur sukur kalo bisa buat mereka jadi pecinta lawan jenis juga. Soalnya temen-temen w yang lesbi, cakep cakep bre. Mayan kan. Hehe Udah itu aja.

2. Jangan takut bergaul ama orang lgbt. Mereka juga kalo suka, milih milih kalik. Mereka juga seleranya bagus bagus. Yakali.