About the Blogger

Cuma Mahasiswa yang suka luntang lantung dan gak tahu arah. makannya doyan jalan-jalan buat nyari arah.
aku? siapa? mampir aja ke sini atau ke sini . tar juga tau. hehe

Minggu, 19 Januari 2014

Jago Berbahasa Saja, Tidak Cukup..

Saat itu aku sedang berada dalam sebuah acara Gathering Fisioterapi UI. berbagai angkatan hadir dalam acara tersebut. yap, alumni alumni Fisioterapi UI pun, hadir.

ada satu jawaban dari sebuah pertanyaan menarik dalam sebuah acara talkshow dalam rangkaian acar tersebut.

kurang lebih, begini pertanyaannya: "hal apa, yang dapat membuat Fisioterapi Indonesia mampu bersaing dengan Fisioterapi-Fisioterapi di luar sana?"

ada jawaban dari salah seorang alumni yang menjadi perhatianku,
katanya : "menghadapi era globalisasi, Fisioterapi Indonesia harus setidaknya jago berbahasa Inggris, kenapa? karna bahasa Inggris adalah Bahasa internasional. hampir seluruh negara menggunakannya. pernah saya menghadiri semacam Gathering Fisioterapi Internasional. saat itu, disana, semuanya berbahasa Inggris. jadi masalah bahasa sangat ditekankan untuk kemajuan Fisioterapi di Indonesia. lebih bagus lagi jika, juga pintar berbahasa Mandarin atau Jepang"

kurang lebih, seperti itu jawabannya. apa yang menarik, Bas? bukan aku tidak menghargai pendapatnya. tapi aku kurang setuju saja dengan pendapatnya. karna menurut pendapat sotoyku...:

"Fisioterapi Indonesia gak akan beranjak kemana-mana, jika dan HANYA jika, pandai mengolah bahasa. maksudku, mau, seribu bahasa yang kita kuasai, mau nilai TOEFLnya sampai ke angka 1000, tapi kalau kita tak pandai berinovasi, tenggelamlah kita. bak berbisnis, Fisioterapi harus penuh dengan inovasi-inovasi baru jika ingin maju. Kemampuan berbahasa adalah kemampuan dasar. bukan hal yang bisa dijadikan unggulan. menurutku, semua orang, bukan hanya Fisioterapi yang ingin maju. tapi semua orang, wajib, setidaknya menguasai 2 bahasa asing. Inggris dan Mandarin. kalau mau maju, kemampuan berbahasa saja, tidak cukup. Penelitian-penelitian dalam dunia Fisioterapi, harus digalakkan! kalau orang jepang bisa bikin Kinesiotaping, kenapa Indonesia tidak bisa juga menciptakan hal yang baru. kalau om Bobath bisa nyiptain sebuah terapi yang kece, kenapa om Ari gak bisa? toh kita semua sama-sama punya waktu 24 jam sehari, dan sama-sama makan nasi kan? itu dia! yang kurang dalam dunia Fisioterapi di Indonesia. Penelitian masih jadi yang NOMER DUA di sini. kita semua masih fokus dalam publikasi dunia Fisioterapi. dan Penelitian seakan terlupakan. jadi, kalau mau unggul, buatlah suatu hal yang baru. dan lagi, bro, kita tinggal di Indonesia bro. gimana mau maju? kalo bahasa kita aja kok mau dilupain. bodoamatlah sama pasar global. kita, di sini, TUAN RUMAH. boleh saja kita juga paham dengan bahasa mereka. tapi, kita harus tetap menomor satukan, bahasa persatuan kita, Bahasa Indonesia. bukan kita yang mengikuti mereka. tapi merekalah yang harus mengkikuti kita."

itu sih, kurang lebih jawabanku, yang aku lemparkan ke forum saat itu. alhamdulillah, salah satu alumni, merespon positif ke sotoyan juniornya satu tu. katanya "kalau ada mahasiswa Fisioterapi UI yang berhasil melakukan sebuah penelitian yang yahud. bakal saya bawa ke Singapura, mengikuti kongres Internasional" tapi lagi-lagi, sepertinya akan sedikit sulit. karna sistem pendidikan D3 UI yang agak kurang memberikan fasilitasi soal penelitian. di sini, kita masih dituntut untuk menjadi karyawan biasa.. walau memang, jika ada Mahasiswanya yang ingin melakukan penelitian, akan dibantu soal dananya oleh Vokasi UI. yah begitulah perjuangan yang harus kita lakukan kalo mau memajukan dunia Fisioterapi kita ini. tapi, banyak jalan sih menuju Roma, bisa lewat Vatikan, bisa mampir dulu ke Milan. ah pokoknya banyak deh. asal mau tetep berusaha dan pantang menyerah aje. semangat terus, dunia Fisioterapi Indonesia!! :D

Tidak ada komentar:

Posting Komentar